Sejarah

Kabupaten Kuningan (aksara Sunda: ᮊᮥᮔᮤᮍᮔ᮪) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kuningan. Berjarak 140 km dari Kota Bandung, 43 km dari Kota Cirebon, dan 230 km dari Kota Jakarta, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) di Selatan, dan Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten ini dikenal karena merupakan tempat dilaksanakannya Perundingan Linggajati. Di kecamatan Cigugur, beberapa warga merupakan penganut penghayat kepercayaan Sunda Wiwitan.

Etimologi

Terdapat beberapa hipotesis mengenai asal-usul nama Kuningan. Pertama, menurut sejarawan Edi Suhardi Ekajati, nama “Kuningan” berasal dari nama logam paduan dengan nama yang sama. Kuningan merupakan logam campuran antara tembaga, timah, dan perak, yang kemudian disepuh sehingga mengkilat seperti emas. Ekajati menyebut bahwa ditemukan patung dan alat keperluan rumah tangga terbuat dari kuningan di Jalaksana, tepatnya di Desa Sangkanherang.

Dalam naskah Babad Cirebon dan juga tradisi lisan masyarakat Kuningan, bokor kuningan digunakan untuk menguji Sunan Gunung Jati, salah seorang wali. Secara latar tempat dan waktunya, Ciung Wanara terjadi pada zaman Hindu-Buddha, sedangkan Babad Cirebon terjadi pada zaman Islam.

Masa Pra sejarah

Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia di daerah Kuningan, hal ini berdasarkan pada beberapa peninggalan kehidupan pada zaman prasejarah. Bukti peninggalan tersebut dapat dijumpai di Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Cipari mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoletikum dan awal pengenalan bahan perunggu berkisar antara tahun 1000 SM sampai dengan 500 M.

Data Penting

Aspek Detail
Ibu Kota Kecamatan Kuningan
Jarak dari Bandung 140 km
Jarak dari Cirebon 43 km
Jarak dari Jakarta 230 km
Jumlah Penduduk ± 1.000.000 jiwa
Luasan Wilayah 119.409,31 hektar
Bahasa Resmi Bahasa Indonesia, Bahasa Sunda
Agama Mayoritas Islam

 

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan telah menetapkan peraturan daerah nomor: 21/DP.003/XII/1978 tanggal 14 Desember 1978 tentang Sejarah Dan Hari Jadi Kuningan. Berdasarkan peraturan daerah tersebut, sejarah Kuningan disusun sejak mulai ada tanda-tanda pemukiman atau perkampungan yang telah mempunyai pemerintahan hingga perkembangannya sampai sekarang.

“SEJARAH HARI JADI KUNINGAN” ini adalah merupakan ringkasan peraturan daerah tersebut dengan lampirannya yang secara garis besar adalah sebagai berikut:

Kira-kira 3500 tahun sebelum masehi, tanda-tanda yang memberitahukan bahwa di Kuningan sudah ada pemukiman masyarakat yang sudah mencapai tingkat kebudayaan yang relatif sudah maju. hal ini berdasarkan atas hasil peninggalannya yang ditemukan di wilayah Kuningan.

Suatu pemukiman masyarakat dimaksud, baru terwujud dalam bentuk suatu kekuatan politik seperti negara sebagaimana dituturkan dalam cerita Parahiyangan dengan nama “Kuningan” pada tanggal 11 April 732 M.

Negara/kerajaan Kuningan tersebut terjadi sesudah penobatan Seuweukarma  sebagai raja/kepala pemerintahan, yang kemudian bergelar Rahiangtang Kuku atau disebut juga Sang Kuku yang bersemayam di Arile dan Saunggalah. ia menganut ajaran “Dangiang Kuning” yang berpegang kepada “Sanghiang Darma” dan “Sanghiang Siksa”, yang memberikan 10 pedoman hidup, yaitu :

  • Tidak membunuh mahluk hidup,
  • Tidak mencuri,
  • Tidak berzinah,
  • Tidak berdusta,
  • Tidak mabuk,
  • Tidak makan bukan pada waktunya,
  • Tidak menonton, menari, menyanyi dan bermain musik,
  • Tidak mewah dalam berbusana,
  • Tidak tidur ditempat yang empuk,
  • Tidak menerima emas dan perak.

Seuweukarma bertahta sampai dengan usia yang cukup panjang, kemudian timbul persaingan antara pemerintahan Seuweukarma dengan Sanjaya yang memegang kekuasaan daerah kerajaan Galuh sebelah timur.

Setelah Sanjaya memerintah Kuningan selama 9 (sembilan) tahun, kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Rahiang Tamperan. Rahiang Tamperan mempunyai 2 (dua) orang putra yaitu Sang Manarah dan Rahiang Banga. Setelah dewasa Sang Manarah menjadi raja di sebelah timur sedangkan Rahiang Banga menguasai daerah Kuningan yang dahulu dibawah kekuasaan Rahiangtang Kuku.

Pada tanggal 22 Juli 1175 Masehi Kuningan dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Sunda dibawah Rakean Darmasiksa putra ke-12 Rahiang Banga. Setelah bertahta selama 12 tahun di Saunggalah, kemudian keraton dipindahkan oleh Rakean Darmasiksa ke Pakuan Pajajaran.

Selanjutnya Kuningan merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran dan namanya berganti menjadi Kajene yang ada dibawah kekuasaan Aria Kamuning. Kajene artinya “kuning” atau “emas”.

Dalam rangka penyebaran agama Islam, seorang ulama besar dari Caruban (Cirebon) yang benama Syekh Maulana Akbar pernah singgah di Buni Haji daerah Luragung kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Kajene yang pada waktu itu penduduknya masih menganut agama Hindu.

Syekh Maulana Akbar mendirikan pesantren di Sidapurna yang berkembang pesat dan karena pengikutnya bertambah banyak maka beliau membuat pemukiman baru dengan dasar Islam yang diberi nama Purwawinangun (artinya: mula-mula dibangun). Syekh Maulana Akbar meninggal dan dimakamkan di Astana Gede.

Pada tahun 1481 M, Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan julukan Sunan Gunung Jati datang di Luragung. pada waktu itu Ki Gedeng Luragung sebagai kepala pemerintahan yang kemudian masuk agama Islam.

Pada waktu yang bersamaan datanglah putri Ong Tien dari Cina menyusul ke Luragung kemudian melangsungkan pernikahan dengan Syarif Hidayatullah. putri Ong Tien berganti nama menjadi Ratu Mas Rara Sumanding.

Syarif Hidayatullah dan istrinya Ong Tien pada waktu itu sepakat untuk mengangkat putra Ki Gedeng Luragung yang masih bayi menjadi putranya yang diberi nama Sang Adipati. Syarif Hidayatullah bersama Ong Tien dan putra angkatnya kemudian berangkat menuju Kajene.

Pada saat itu yang menjalankan pemerintahan Kajene adalah pangeran Aria Kamuning yang menganut agama Hindu dan kemudian masuk agama Islam. Sang Adipati dipercayakan kepada pangeran Aria Kamuning untuk dididik dengan baik. selama Sang Adipati belum dewasa maka pangeran Aria Kamuning ditunjuk oleh Sunan Gunung Jati sebagai kepala pemerintahan perwalian di Kajene dibawah kerajaan Cirebon.

Setelah Sang Adipati dewasa, tepatnya pada tanggal 1 September 1498 M, Sang Adipati dinobatkan menjadi kepala pemerintahan Kajene yang bergelar Sang Adipati Kuningan.

Dengan berdirinya negara / kerajaan Kuningan di bawah Sang Adipati Kuningan, maka sejak tanggal penobatannya daerah yang semula bernama Kajene di kembalikan lagi ke nama aslinya yaitu ‘’Kuningan”. dan sejak saat itulah tanggal 1 September ditetapkan sebagai hari jadi Kuningan.

Selain dibantu oleh Aria Kamuning dalam mengatur jalannya pemerintahan, Sang Adipati Kuningan juga dibantu oleh Dipati Ewangga atau disebut Dipati Cangkuang dan Rama Jaksa. Dipati Ewangga memiliki kuda tunggangan yang diberi nama Si Windu.

Untuk lebih meresapkan agama Islam di kalangan penduduk Kuningan, Sunan Gunung Jati mengirim Syekh Rama Haji Irengan dan beliau memilih tempat kediamannya di Darma. dengan bantuan para wali beliau membuat kolam (balong) yang sekarang dikenal dengan nama Balong Kancra atau Balong Kramat atau Darma Loka.

Sang Adipati Kuningan bersama pasukan Kuningan dibawah pemerintahan Cirebon telah turut serta bertempur untuk menundukan Galuh dan membantu mendirikan pemerintahan Wiralodra di Indramayu dibawah pimpinan Fatahillah Cirebon.

Pasukan Kuningan juga ikut menggempur Sunda Kelapa dan turut serta mendirikan pemerintahan Jayakarta sehingga pasukan dari Kuningan ada yang menetap di Jayakarta dan sekarang nama Kuningan terukir menjadi nama salah satu kelurahan di wilayah Jakarta Selatan yaitu kelurahan Kuningan.

Berkat nilai-nilai luhur jiwa juang para leluhur Kuningan yang diwariskan kepada anak cucunya, pada zaman Hindia Belanda karena perlawanannya seorang ulama besar dari Lengkong yaitu Eyang Hasan Maolani oleh Pemerintah Hindia Belanda telah dibuang/diasingkan ke Gorontalo Sulawesi Utara dan meninggal di Gorontalo.

Di dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, pemerintah Indonesia mengadakan serangkaian perundingan dengan Belanda. salah satu perundingan dilakukan di Linggarjati, yang pada saat itu belum dikuasai Belanda. pemilihan Linggarjati sebagai tempat perundingan merupakan sesuatu pilihan yang tepat, baik dilihat dari segi politis maupun dari segi keindahan alamnya. dengan adanya perundingan tersebut maka nama Linggarjati tidak hanya dikenal di Indonesia, melainkan juga dikenal di seluruh dunia.

setelah yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia diserang oleh tentara Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, panglima besar Jenderal Soedirman menginstruksikan untuk membentuk 4(empat) Markas Besar Komando Djawa (MBKD), yang meliputi MBKD Jawa Timur, MBKD Jawa Tengah, MBKD Jawa Barat Dan MBKD Luar Jawa. untuk MBKD Jawa Barat dipimpin oleh Letkol r.k. Sukanda Bratamanggala, yang berkedudukan di desa Subang dan dijadikan basis gerilya melawan Belanda.

Sesuai dengan keputusan dewan pertahanan daerah keresidenan Cirebon dan brigade V, maka Ciwaru dijadikan basis pertahanan dan pusat pemerintahan keresidenan Cirebon. rakyat Ciwaru dengan ikhlas menyerahkan rumah mereka untuk dipergunakan sebagai kantor-kantor, staf militer, pemondokan dan lain-lain. Ciwaru menjadi pusat daerah perjuangan perang kemerdekaan.

Sesudah lewat masa revolusi fisik dan memasuki tahun lima puluhan terdapat masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial, termasuk di dalamnya masalah keamanan yaitu gangguan DI/TII di Kuningan, yang menyebabkan situasi dan kondisi tidak mungkin untuk melaksanakan pembangunan sebagaimana mestinya. Rakyat Kuningan beserta TNI bahu membahu untuk memadamkan pemberontakan DI/TII.

Dalam rangka mengisi kemerdekaan, masyarakat Kabupaten Kuningan dengan semangat juang yang tinggi yang dilandasi nilai gotong royong selalu berkiprah melaksanakan pembangunan menuju masyarakat adil, makmur, sejahtera lahir dan batin berdasarkan Pancasila.

Kepala Pemerintahan Kuningan dari dulu sampai sekarang

  1. ZAMAN HINDU.
    1. Seuweukarma.
    2. Sanjaya.
    3. Rahiang Tamperan.
    4. Rahiang Banga.
    5. Rakean Darmasiksa.
    6. Aria Kamuning.

 

  1. ZAMAN ISLAM.
    1. Aria Kamuning.
    2. Sang Adipati Kuningan.
    3. Geusan Ulun.
    4. Dalem Mangkubumi.

 

  1. ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA.
    1. R. Brata Adiningrat.
    2. Doejeh Brataamidjaja.
    3. R. Dali Soerjanataatmadja.
    4. R. Moch. Achmad.
    5. R. Umar Said.

 

  1. ZAMAN JEPANG.
    1. R. Umar Said.

 

  1. ZAMAN RI 1945.
    1. R. Asikin Niti Admadja.

 

  1. ZAMAN PENDUDUKAN NICA ( RECOMBA ).
    1. R. Asikin Joedadibrata.
    2. R. Hollan Soekmadiningrat.
    3. R. Abdoel Rifai.

 

  1. ZAMAN RI 1950 SAMPAI SEKARANG.
    1. R. Noer Armadibrata.
    2. R. Moch. Hafil.
    3. R. Tikok Moch. Ichlas.
    4. R. Soemitra.
    5. Tb. Amin Abdulah.
    6. Saleh Alibasah.
    7. Usman Djatikusumah.
    8. Rd. Komar Suryaatmadja.
    9. S. Soemintaatmadja.
    10. Aruman Wirananggapathi.
    11. Karli Akbar.
    12. R. H. Unang Sunardjo, S.H.
    13. Drs. H. Moch. Djufri Pringadi.
    14. Drs. H. Subandi.
    15. H. Yeng Ds. Partawinata, SH.
    16. Drs. H. Arifin Setiamihardja, MM.
    17. H. Aang Hamid Suganda, S.Sos (Bupati);
      Drs. H. Aan Suharso, Msi. (Wakil Bupati).
    18. H. Aang Hamid Suganda, S.Sos (Bupati);
      Drs. H. Momon Rochmana, MM (Wakil Bupati).
    19. Hj.Utje Choeriah Hamid Suganda, S.Sos,.M.AP (Bupati)
      H. Acep Purnama, SH, MH (Wakil Bupati).
    20. H. Acep Purnama,SH,.MH (Bupati).
      Dede Sembada, St (Wakil Bupati).
    21. H. Acep Purnama,SH,.MH (Bupati).
      Muhammad Ridho Suganda, SH., M.Si.(Wakil Bupati)

BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUNINGAN

   Saleh Alibasah                R. Aruman W
    (1958-1961)                     (1967-1973)

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   

     Karli Akbar                R. H. Unang S., SH
    (1973-1978)                      (1978-1983)

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

 Drs. H.M.Djufri P       Drs. H. Subandi
     (1983-1988)                 (1988-1993)

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

 H. Yeng DS P., SH      Drs. H. Arifin S.,MM
      (1993-1998)                    (1998-2003)

 

 

 

 

 

 

 

H. Aang Hamid Suganda,     Drs.H.Aan Suharso,

S.Sos.                                            M.Si
2008-2013                               2003-2008


 

 

 

 

 

 

H. Aang Hamid Suganda, Drs. H.Momon Rocmana,

S.Sos                                        , MM
2013-2015   

 

 

 

 

 

 

Hj. Utje Cheriah Suganda,  H. Acep Purnama,

S.Sos.,M.AP.                            SH, MH
2015-2018                                    

 

 

 

 

 

 

H. Acep Purnama,    Dede Sembada, ST.

SH, MH.                        
2018-2023

 

 

 

 

 

 

H. Acep Purnama,    Muhammad Ridho Suganda,

SH, MH.                          SH., M.Si.              

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Bupati

[sunting | sunting sumber]

Dalam sejarah, Bupati Kuningan sudah ada sejak dibentuknya Kabupaten Kuningan pada 1 September 1498 pada saat masuknya Islam ke Kuningan. Pada zaman hindu, pemegang jabatan pertama Raja Kuningan adalah Seuweukarma, dan pada zaman islam pemegang pertama jabatan kepala pemerintahan adalah Sang Adipati Kuningan. Namun di sini hanya dicantumkan sebagian dari Daftar Bupati Kuningan, terhitung sejak zaman penjajahan Belanda.

No Bupati[6] Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Ket. Wakil Bupati
1
    R.T. Brataningrat
3 April 1866
[7]
10 Oktober 1887
[8]
1
 
2
    R.T. Brataningrat II
Sebelum 1891 dikenal sebagai R.T. Bratamadenda
12 November 1887 [9]
10 April 1903
2
 
3
    R.A.A. Brata-amidjaja
10 April 1903 [10]
1 Oktober 1919 [11]
3
 
4
  R.T. Soeriatanoedibrata
24 Februari 1921 [12]
3 Agustus 1922 [13]
4

[Ket. 1]

5
    R.A.A. Mohamad Ahmad
24 Juni 1923 [14]
31 Agustus 1939 [15]
5
 
6
  R.T. Oemar Said
2 Desember 1939 [16]
1 Desember 1944 [5]
6
[Ket. 2]
7
    R. Asikin Nitiatmadja
1 Desember 1944 [5]
1945
7
 
8
  R. Noer Armadibrata
1945
1951
8
 
9
    R. Asikin Joedadibrata
1947
1948
9
 
10
  R. Hollan Soekmadiningrat
15 Oktober 1947 [17]
1949
10
 
11
    R. Abdoel Rifai
1949
1950
11
 
12
    R. Moch. Hafil
1950
1951
12
 
13
  R. Tikok Moch. Ichlas Abdurrahman
1951
1952
13
 
14
    R. Soemitra
1952
1954
14
 
15
    Tb. Amin Abdulah
1954
1957
15
 
      Yusuf
(Penjabat)
1957
1958
   
16
  Saleh Alibasah
1958
1961
16
 
17
    Usman Djatikusumah
1961
1966
17
 
      Rd. Komar Suryaatmadja
(Pejabat Sementara)
1966
1966
   
      S. Soemintaatmadja
(Penjabat)
1966
1967
 
18
  R. Aruman Wirananggapathi
1967
1973
18
 
19
  Karli Akbar
1973
1978
19
 
20
  R.H. Unang Sunardjo
S.H.
1978
1983
20
 
21
  Drs. H.
M. Djufri Pringadi
1983
1988
22
 
22
  Drs. H.
Subandi
1988
1993
22
 
23
  H.
Yeng D.S. Partawinata
S.H.
1993
1998
23
 
24
  Drs. H.
Arifin Setiamihardja
M.M.
1998
2003
24
 
25
  H.
Aang Hamid Suganda
S.Sos
4 Desember 2003
15 September 2008
25
[Ket. 3]
Aan Suharso
    Drs. H.
Ano Sutrisno
M.M
(Penjabat)
15 September 2008
4 Desember 2008
[Ket. 4]
(25)   H.
Aang Hamid Suganda
S.Sos
4 Desember 2008
4 Desember 2013
26
 
Momon Rochmana
26
  Hj.
Utje Hamid Suganda
S.Sos. M.AP.
4 Desember 2013
7 April 2016
27
[Ket. 5]
Acep Purnama
    H.
Acep Purnama
S.H, M.H
7 April 2016
14 Juni 2016
[Ket. 6]  
27
14 Juni 2016
4 Desember 2018
[Ket. 7]
Dede Sembada[19]
4 Desember 2018
4 Desember 2023
28
 
M. Ridho Suganda
    Dr. Drs. H.
Raden Iip Hidajat
M.Pd.
(Penjabat)
4 Desember 2023
1 November 2024
  [Ket. 8]

 

 

 

 

 

 

    Dr. H.
Agus Toyib
S.Sos., M.Si.
(Penjabat)
1 November 2024
Petahana
[Ket. 9]

 

Catatan
  1. ^ Kemudian ditunjuk jadi Bupati Majalengka
  2. ^ Kemudian ditunjuk jadi Bupati Majalengka
  3. ^ Mengundurkan diri karena mencalonkan kembali pada Pilkada Kuningan 2008
  4. ^ Merupakan Penjabat Bupati yang ditunjuk oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan karena Bupati mengundurkan diri untuk mengikuti Pilkada Kuningan 2008
  5. ^ Wafat saat menjabat
  6. ^ Menjadi Pelaksana Tugas (Plt.) Bupati karena Bupati meninggal dunia
  7. ^ Dilantik menjadi Bupati Definitif oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan[18]
  8. ^ Merupakan Penjabat Bupati yang dilantik oleh Pj. Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin karena menunggu Bupati definitif dari Pilkada Serentak 2024[20]
  9. ^ Merupakan Penjabat Bupati yang dilantik oleh Pj. Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menggantikan Iip Hidajat yang belum genap menjabat satu tahun. Menjabat hingga bupati definitif dari Pilkada Serentak 2024 terpilih[21]

Dewan Perwakilan

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Kuningan dalam tiga periode terakhir.[22][23][24]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024 2024-2029
  PKB 5 Kenaikan 6 Kenaikan 8
  Gerindra 4 Kenaikan 7 Penurunan 6
  PDI-P 10 Penurunan 9 Steady 9
  Golkar 7 Penurunan 5 Kenaikan 7
  NasDem 3 Penurunan 1 Kenaikan 3
  PKS 5 Kenaikan 7 Steady 7
  PPP 3 Kenaikan 4 Steady 4
  PAN 8 Penurunan 5 Penurunan 3
  Demokrat 5 Steady 5 Penurunan 3
  PBB 0 Kenaikan 1 Penurunan 0
Jumlah Anggota 50 Steady 50 Steady 50
Jumlah Partai 9 Kenaikan 10 Penurunan 9

Kecamatan

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Kuningan memiliki 32 kecamatan, 15 kelurahan, dan 361 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 1.132.610 jiwa dengan luas wilayah 1.110,56 km² dan sebaran penduduk 1.020 jiwa/km².[25][26]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Kuningan, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Kelurahan Desa Kodepos[27] Status Daftar
Desa/Kelurahan
32.08.10 Ciawigebang   24 45591 Desa
32.08.28 Cibeureum   8 45588 Desa
32.08.05 Cibingbin   10 45587 Desa
32.08.11 Cidahu   12 45595 Desa
32.08.32 Cigandamekar   11 45596 Desa
32.08.18 Cigugur 5 5 45552 Desa
Kelurahan
32.08.25 Cilebak   7 45585 Desa
32.08.13 Cilimus   13 45556 Desa
32.08.24 Cimahi   10 45582 Desa
32.08.02 Ciniru   9 45565 Desa
32.08.21 Cipicung   10 45592 Desa
32.08.04 Ciwaru   12 45583 Desa
32.08.17 Darma   19 45562 Desa
32.08.08 Garawangi   17 45571 Desa
32.08.26 Hantara   8 45564 Desa
32.08.12 Jalaksana   15 45553 (Nanggerang)
45554
Desa
32.08.23 Japara   10 45555 Desa
32.08.01 Kadugede   12 45561 Desa
32.08.27 Kalimanggis   6 45594 Desa
32.08.29 Karangkancana   9 45584 Desa
32.08.16 Kramatmulya   14 45553 Desa
32.08.09 Kuningan 10 6 45511-45518
45553 (Kasturi dan Padarek)
Desa
Kelurahan
32.08.07 Lebakwangi   13 45574 Desa
32.08.06 Luragung   16 45581
45582 (Benda dan Cikaduwetan)
Desa
32.08.30 Maleber   16 45575 Desa
32.08.14 Mandirancan   12 45558 Desa
32.08.20 Nusaherang   8 45563 Desa
32.08.22 Pancalang   13 45557 Desa
32.08.19 Pasawahan   10 45559 Desa
32.08.15 Selajambe   7 45566 Desa
32.08.31 Sindangagung   12 45573 Desa
32.08.03 Subang   7 45586 Desa
  TOTAL 15 361      

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48% per tahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk perempuan sebanyak 580.796 orang dan penduduk laki-laki sebanyak 564.801 orang dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan bersifat komuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti JakartaBandungYogyakarta dan sebagainya.

Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di daerah desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah CigugurCisantanaCitangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Buddha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda.

Sebagain besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.

Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) Kabupaten Kuningan tahun 2007 kondisinya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu mencapai angka 50,00. Angka beban tanggungan (ABT) merupakan perbandingan antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0–14 tahun dan usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15–64 tahun), berarti pada tahun 2007 setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Kuningan menanggung sebanyak 50 penduduk usia belum/tidak produktif. Untuk lebih lengkapnya data penduduk serta beberapa informasi demografi kami sajikan dalam tabel di bawah ini.

Suku bangsa

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Kuningan didominasi oleh penduduk dari suku Sunda. Pada Sensus Penduduk Indonesia 2000, orang Sunda di kabupaten Kuningan sebanyak 950.162 jiwa atau 96,50 % dari total penduduk 984.598 jiwa. Sebagian kecil lagi adalah orang JawaCirebonMinangkabauBatakBetawi, dan suku lainnya. Berikut adalah besaran penduduk Kabupaten Kuningan berdasarkan suku bangsa sesuai data Sensus Penduduk tahun 2000;[28]

No Suku Jumlah
(2000)
%
1 Sunda 950.162 96,50%
2 Jawa 8.795 0,89%
3 Cirebon 3.039 0,31%
4 Minangkabau 2.463 0,25%
5 Batak 1.314 0,13%
6 Betawi 1.220 0,13%
7 Suku lainnya 17.605 1,79%
Kabupaten Kuningan 984.598 100%

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Menurut data Suseda tahun 2009, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Kabupaten Kuningan mencapai 98,03 % sedangkan hasil Suseda 2010 menunjukkan adanya perbaikan menjadi 98,27%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tahun 2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Kuningan sekitar 8,33 tahun meningkat menjadi 8,68 tahun pada tahun 2010.

Persentase penduduk Kabupaten Kuningan usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 72,66 persen; tamat SMP sebesar 13,73 persen; tamat SMU/SMK sebesar 10,88 persen; dan sebanyak 2,72 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Berarti dari 1.000 orang penduduk 10 tahun ke atas hanya 27 orang yang berkesempatan menyelesaikan pendidikan tinggi (Diploma, Akademi, Perguruan tinggi).

Adapun Pendidikan Luar Biasa untuk siswa berkebutuhan khusus kini telah banyak ditampung di sebuah lembaga pendidikan siswa berkebutuhan khusus, di antaranya SLBN Kuningan.

Perguruan Tinggi

[sunting | sunting sumber]

• Universitas Kuningan

• Universitas Islam Al-Ihya Kuningan

• Universitas Muhammadiyah Kuningan

• Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Ekonomi

[sunting | sunting sumber]

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Kuningan pada tahun 2011 mencapai 5,43% lebih tinggi dibanding dengan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2009 sebesar 4,39% dan tahun 2010 sebesar 4,99%. Sedangkan Inflasi di Kabupaten Kuningan pada tahun 2010 berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 6,70%. Sementara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan sendiri berdasarkan harga konstan tahun 2000 untuk tahun 2011 sebesar Rp. 4,2 triliun dan PDRB per kapita berdasarkan harga konstan tahun 2000 pada tahun 2011 mencapai Rp. 3,9 juta.

Tingkat daya beli masyarakat Kuningan tahun 2010 menurut data Suseda tercatat sebesar Rp. 549 ribu. Dan tingkat pengangguran di Kabupaten Kuningan angkanya cukup besar yaitu mencapai 7,6% dari total angkatan kerja. Lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Kuningan masih didominasi oleh dua sektor ekonomi yaitu sektor pertanian dan perdagangan. Sektor pertanian masih merupakan lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2010 dari total penduduk Kabupaten Kuningan yang bekerja, 39% bekerja di sektor pertanian dan 30% di sektor perdagangan.

Seni dan Budaya

[sunting | sunting sumber]

Sebagai wilayah yang berada di daerah Priangan timur, kabupaten Kuningan kaya akan seni budaya Sunda yang khas, berbeda dari wilayah Sunda bagian barat. Berikut adalah seni budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Kuningan:

Tabel Seni dan Budaya di wilayah Kabupaten Kuningan
No Jenis Seni Budaya Tradisional Lokasi
1 Cingcowong Kecamatan Luragung
2 Sintren Desa Dukuhbadag
3 Goong Renteng Kelurahan Sukamulya
4 Tayuban Kecamatan Ciniru
5 Pesta dadung Kecamatan Subang
6 Gembyung Terbangan Desa Cilaja
7 Sandiwara Rakyat  
8 Wayang golek  
9 Kuda lumping Kelurahan Citangtu
10 Reog (Sunda) Desa Cengal
11 Calung Desa Cilaja
12 Tradisi Kawin Cai Kecamatan Jalaksana
13 Tari buyung Kecamatan Cigugur
14 Balap Kuda Saptonan Kecamatan Kuningan

Sarana Prasarana

[sunting | sunting sumber]
  • Jalan Darat

Total jalan darat di Kabupaten Kuningan adalah sepanjang 446,10 Km

  • Listrik

Jumlah pelanggan yang telah terdaftar hingga tahun 2002 adalah sebanyak 773.747 pelanggan (Unit Pelayanan Cirebon)

  • Telekomunikasi

Pelanggan PT Telkom untuk daerah Kabupaten Kuningan masuk ke dalam Kandatel Cirebon yakni sebanyak 1.202 pelanggan (Tahun 2002)

  • Sarana Kesehatan
  1. Rumah sakit terdapat 6 buah, 1 milik Pemda dan 5 milik swasta
  2. Puskesmas Pembantu = 70 buah
  1. Puskesmas = 28 buah
  2. Puskesmas dengan fasilitas tempat perawatan = 6 buah
  3. Balai pengobatan swasta = 33 buah
  • Pos Pelayanan Terpadu
  1. 762 Pos Pelayanan Terpadu pratama
  2. 467 Pos Pelayanan Terpadu madya
  3. 89 Pos Pelayanan Terpadu purnama
  4. 7 Pos Pelayanan Terpadu mandiri
  • Tenaga Kesehatan
  1. Dokter umum 54 orang dan dokter spesialis 43 orang
  2. Dokter gigi 19 orang
  3. Bidan yang ada terdapat 321 orang bidan
  • Sarana dan Prasarana Pendidikan
  1. Taman Kanak-Kanak : 211 buah
  2. Sekolah Dasar : 685 buah
  3. Sekolah Menengah Pertama : 88 buah
  4. Sekolah Menengah Umum 27 buah
  5. Sekolah Menengah Kejuruan : 31 buah
  • Hotel
  1. Hotel Berbintang : 3 buah
  2. Hotel Non Berbintang : 35 buah
  • Bank
  1. Bank Pemerintah : 5 buah
  2. Bank Swasta : 7 buah
  3. Bank Pembangunan Daerah : 1 buah
  4. Bank Perkreditan Rakyat : 8 buah
  • Sekretariat Organisasi
  1. Karang Taruna Kabupaten Kuningan ada di Windusengkahan
  2. Gerakan Pemuda Banser ada di Pendopo Bupati
  3. Kader Inti Pemuda Anti Narkoba (KIPAN) Kabupaten Kuningan ada di Bekas Gedung Dinas Sosial Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sebelahan dengan Kantor Sekretariat DPRD dan Polres Kuningan
  4. Sekretariat Pramuka ada di Jalaksana bernama Sekretariat Kwarcab Pramuka Kuningan

Fasilitas Olahraga

[sunting | sunting sumber]

Kuningan mempunyai salah satu stadion yaitu Stadion Mashud Wisnusaputra yang merupakan markas dari Pesik Kuningan. Terletak persis di pusat kota Kuningan, stadion Mashud Wisnusaputra mempunyai kapasitas sebesar 10.000 penonton, termasuk ke dalam stadion kategori D+ untuk tingkat nasional. Di dalam kompleks stadion Mashud Wisnusaputra terdapat gelanggang basket, tenis lapangan, lapangan voli dan lintasan atletik, juga terdapat wisma yang representatif. Selain itu di Luragung terdapat kolam renang Tirta Agung Mas salah satu kolam renang ukuran olimpiade di Jawa Barat.

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Makanan Khas

[sunting | sunting sumber]
Peuyeum Kuningan

Makanan dan Minuman: Opak Bakar KARTIKA, Peuyeum, Jeruk Nipis Peras, Angling, Nasi Kasreng (Nasi Bungkus ciri Khas Luragung), Golono (Gorengan Khas Dari Luragung), Keripik Becak, Gaplek Luragung dan Raragudig, ketempling, rengginang.

Cendera mata

[sunting | sunting sumber]
  • Batu Ony
  • Batu Granit
  • Suiseki
  • Bonsai
  • Cincin
  • Peti Antik
  • Calung

Transportasi

[sunting | sunting sumber]

Angkot Dalam Kota

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Lompat ke:a b c “Visualisasi Data Kependudukan – Kementerian Dalam Negeri 2024” (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 31 Agustus 2024.
  2. ^ “Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021”www.bps.go.idDiarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 4 Maret 2022.
  3. ^ Kautsar, Nurul Diva (2020-10-16). Diva, Nurul, ed. “Mengenal Si Windu, Kuda Putih Perkasa yang Jadi Ikon Kabupaten Kuningan”Merdeka.comDiarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-13. Diakses tanggal 2022-02-13.
  4. ^ Ekajati, E.S. (2003). Sejarah Kuningan dari masa Prasejarah hingga Terbentuknya Kabupaten. Bandung: Kiblat Buku Utama. hlm. 22–24.
  5. Lompat ke:a b c d e f Kurasawa, Aiko (1993). Mobilisasi dan kontrol : studi tentang perubahan sosial di pedesaan Jawa, 1942-1945. Jakarta: Diterbitkan atas kerja sama Yayasan Karti Sarana dengan Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 979-553-261-8OCLC 30065825.
  6. ^ “Kilas Sejarah Kuningan”Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Kuningan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-25. Diakses tanggal 25 Agustus 2019.
  7. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1882 (dalam bahasa Belanda). Batavia: Landsdrukkerij. 1881. hlm. 170.
  8. ^ “Boepatie van Koeningan Overleden”www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
  9. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1898 (dalam bahasa Belanda). Batavia: Landsdrukkerij. 1898. hlm. 170.
  10. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie 1919 (dalam bahasa Belanda). Batavia: Landsdrukkerij. 1919. hlm. 172.
  11. ^ “Gevonden in Delpher – Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië”www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
  12. ^ “Gevonden in Delpher – Bataviaasch nieuwsblad”www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
  13. ^ “Gevonden in Delpher – Bataviaasch nieuwsblad”www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
  14. ^ “Gevonden in Delpher – De Preanger-bode”www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
  15. ^ “Gevonden in Delpher – De locomotief”www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
  16. ^ Regeerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie 1941 (dalam bahasa Belanda). Batavia: Landsdrukkerij. 1941. hlm. 296.
  17. ^ “Personalia – Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia”www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13.
  18. ^ Acep Purnama Resmi Dilantik Jadi Bupati Kuningan Website Resmi Pemda Kab. Kuningan
  19. ^ Gubernur Lantik Dede Sembada Jadi Wabup Kuningan Diarsipkan 2021-06-21 di Wayback Machine. Website Resmi Pemprov Jawa Barat
  20. ^ Raden Iip Hidajat Resmi di Lantik Sebagai Pj. Bupati Kuningan Official Website Kabupaten Kuningan
  21. ^ Agus Toyib Dilantik Sebagai Pj Bupati Kuningan Official Website Kabupaten Kuningan
  22. ^ “PEROLEHAN KURSI DPRD KAB. KUNINGAN 2014-2019”. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-09. Diakses tanggal 2020-05-15.
  23. ^ Perolehan Kursi DPRD Kab. Kuningan 2019-2024
  24. ^ KPU Kuningan Tetapkan 50 Anggota DPRD Pemenang Pemilu Legislatif 2024, Iip Hidajat : Bayar Kepercayaan Rakyat Dengan Mewakili Kepentingan Rakyat
  25. ^ “Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan”. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
  26. ^ “Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan”. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
  27. ^ Kode Pos Kabupaten Kuningan
  28. ^ “Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk 2000” (pdf). www.jabar.bps.go.id. 1 November 2001. hlm. 72. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-19. Diakses tanggal 17 September 2022.